Saturday, 25 July 2015

Filled Under:

WAJIB BACA Aku Gadis Bertudung Sanggup Murtad Demi Seorang Lelaki

gadis bertudung - sembangkencang

Remaja kini memang berani ,bukan berani buat benda yang betul . Berani baut benda yang salah dan terpesong jauh . MasyaAllah .

Nota editor : Kisah ini diceritakan oileh aku si gadis bertudung hanya sebagai pengajaran untuk sekarang dan akan datang .Amalkan surah al-kahfi untuk berlindung dari fitnah dajjal .,

Aku seorang wanita berusia 27 tahun.
Dua tahun yang lalu aku melahirkan seorang anak kedunia.mungkin keadaanku sebagai seorang ibu berbeda dengan ibu-ibu yang lain. Mereka senantiasa memandang wajah anak-anak dengan tatapan kasih sayang, bangga dan penuh cinta. Sedangkan aku? Yang kudapat saat menatap bola matanya
adalah kepedihan yang teramat perih dari sisi hati yang tersangat sesal.

Sebelum peristiwa pahit itu menyapa dalam hidupku, kehidupanku yang sederhana senantiasa diliputi oleh ketenangan. Aku bahagia dengan keadaanku, Setiap hari kujalani dengan hati yang riang sebagai seorang wanita. Kebanggaankupada kehormatan yang senantiasa kujaga demi satu mimpi mendapatkan keluarga yang bahagia suatu saat nanti. Hingga sosok itu hadir menghancurkannya.

Peristiwa itu bermula saat aku bekerja sebagai salah satu staf di
sebuah akademi kesehatan di kuala lumpur. Aku berkenalan dengan seorang pria yang mengaku masih bujang. Dia juga bekerja sebagai staf tempatku bekerja, namun jabatannya lebih tinggi dari padaku. Seperti kata orang, “mulanya biasa saja,” yah, memang semuanya biasa saja. Saling ber-hye hello, bercerita, bercanda, bertegur sapa. Sesuatu yang lazim dilakukan
oleh sesama pegawai staf.

Apalagi dalam satu ofice. Hingga waktu terus berjalan seiring dengan hubungan kami yang begitu yang kian akrab. Semuanya mulai menjadi sesuatu yang tidak biasa lagi. Jujur saja, dalam hal agama,pengetahuanku memang tidak terlalu dalam.
Orang mungkin biasa mengatakannya “publik”. Di alam pikiranku,
berteman dengan lawan jenis itu adalah sesuatu yang biasa. Seperti yang terjadi ditengah masyarakat. Apalagi aku dilahirkan dari lingkungan keluarga yang kurang pendidikan agamanya “biasa-biasa saja” tidak mengenal apa itu tarbiyah, ikhtilath, ghibah, dan istilah-istilah yang lain.

Sebenarnya aku tidak pernah berkeinginan untuk dekat dengannya,karena pertimbangan beda agama. Dia seorang non muslim. Namun rayuan demi rayuannya, perjuangannya mendekatiku, janji manisnya, perhatiannya yang
berlebihan dan tidak henti-henti meski selalu kutolak dengan cara yang halus,adakalanya aku menolak dengan kasar namun sedikit demi sedikit meluluhkan hatiku.

Gayung pun bersambut, akhirnya kuterima uluran tangannya. Waktu itu aku tidak berpikir untuk terlalu serius. Hanya sekedar pengisi waktu kosong saja. Apalagi dia sudah banyak berkorban untukku, dan aku merasa kasihan padanya. Waktu itu aku berpikir suatu saat nanti aku akan minta hubungan diputuskan. Mudah kan? Hubungan kami pun berjalan secara rahasia, back street. Untuk menghindari gosip dari pekerja lain.

Seiring dengan waktu yang mengantar kebersamaanku dengannya, entah mengapa tanpa sadar aku sudah mulai
menyukainya, mencintainya. Aku tidak tahu, apa yang telah membuatku begitu tergila-gila kepadanya. Kehidupannya juga sederhana, wajahnya yang kian hari kian kacak di mataku Kelihaiannya mengumbar rayuan maut menjadikanku merasa tersanjung dan berbunga-bunga. Seakan-akan akulah
wanita yang paling menarik di dunia ini.

Di sampingnya aku selalu merasa yang terbaik. Dia sungguh pandai menabur kata rayuan. Tak pernah kusangka dan kuduga sebelumnya, hubunganku dengannya sudah melewati ambang batas moral dan norma agama. Tragedi yang tak mungkin pernah bisa kulupakan dalam lembaran sejarah hidupku. Aku hamil. Aku tidak tahu, iblismana yang merasukiku waktu itu. Mengapa aku bisa menjadi sehina ini? Mengorbankan sesuatu kepada
seseorang yang sebenarnya tidak berhak dan tidak boleh mengusiknya.Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak berani lagi untuk pulang ke kampung halaman dengan corengan hitam di wajahku.

apabila aku mengkabarkan kehamilanku pada lelaki itu Dia mengancamku dan menyuruhku untuk tutup mulut. Aku tersudut, Entah mengapa dia sudah begitu menguasai hidupku. Seakan membuatku tak mampu bergerak.Dan aku tidak mengerti, mengapa aku selalu menurut saja pada setiap kata dan
perintahnya. Yang bisa kulakukan hanya memohon kepadanya untuk bertanggung jawab atas perbuatannya terhadapku.

pada satu janji yang telah kami sepakati untuk membincangkangkan hal kehamilanku membuat aku semakin sakit hati ketika dia setuju menikahiku dengat syarat aku harus keluar dari pada islam .Ternyata orang yang selama ini mencurahkan perhatiannya -yang kukira tulus untukku-adalah
seorang misionaris.

Istilah ini juga baru kukenal setelah semuanya sudah terlanjur
terjadi. Selama ini istilah itu hanya lewat saja di kepalaku. Masuk
telinga kiri, keluarpun juga lewat telinga yang sama. Aku tidak pernah membayangkan jika aku akan menjadi korbannya. Aku tidak pernah menduga kalau istilah dan kekhawatiran sebagian kaum muslim tentang misi itu ternyata menimpa kehidupanku. sayangnya karena aku sudah terlanjur menjadi korbannya.

Kakiku sudah sulit dan mungkin tidak bisa lagi aku tarik kembali.
Yang ada di kepalaku saat itu bukan lagi tentang aqidahku, tetapi
tentang makhluk kecil yang ada dirahimku. Tentang aib, tentang calon istri bayi yang aku juga mulai mencintainya. Aku tidak ingin
menggugurkannya. Ia darahku dan aku ingin merasakan desahan nafasnya. Merasakan kaki-kaki kecilnya nanti akan meronta di dalam dekapanku.

Otakku sudah buntu, bagiku sudah tak ada lagi pilihan lain. Aku tidak sanggup menghadapi aib ini sendiri, imanku begitu lemah. Aku tidak mau bayiku terlahir tanpa ayah dan akan dicemooh kelak di tengah masyarakat.Ditambah lagi siapa yang akan menanggung beban ekonomi kami nanti?
Sedangkan aku sudah dipecat dan menjadi salah satu dari sekian banyak pengangguran yang ada di kuala lumpur ini. Akhirnya, kuikuti keinginannya. Kujual akidahku dengan harga yang sangat murah dan tak bernilai. Kulepas tudung yang selama ini menutup kepalaku, beralih ke agamanya, murtad dari agama Islam yang benar dan suci.

Kulepas tudung yang selama ini menutup kepalaku, beralih ke agamanya, murtad dari agama Islam yang benar dan suci. dalam kondisi seperti ini, terkatung dalam penderitaan dan penyesalan. Penderitaanku ini mungkin adalah balasan atas dosa besar yag telah kuperbuat. Hanya ini yang bisa kulakukan untuk para calon ibu di manapun berada. Semoga kisahku ini yang hanya berwujud tinta di atas kertas, dapat dibaca dan dijadikan sebagai pelajaran bagi seluruh perempuan -khususnya para remaja muslimah- bahwa misionaris sedang berkeliaran di sekitar kita dengan
cara yang beragam.

Selagi masih sempat, belajarlah tentang agama Allah. Jangan tunggu sampai menyesal seperti keadaanku sekarang. Jangan menunggu sampai kau merasa bingung dengan tindakan apa yang harus kau lakukan saat kehancuran kita sebagai wanita yang gagal mempertahankan kehormatannya menyapa. Selagi
muda, belajar dan belajarlah untuk memperkuat aqidah keislaman yang mulia




0 comments:

Post a Comment